Halaman

Minggu, 20 Februari 2011

Reborn

Aku. Ran Morihime. Atau yang di dunia maya sering dipanggil dengan nama Ranze sama sekali bukan orang yang ramah. Mungkin. Dan aku benar-benar menyesali hal itu. hahaha. Dengan keramahanku yang sebelumnya, banyak orang yang salah sangka padaku. Salah tangkap mengenai maksud keramahanku pada mereka. Terutama anak laki-laki di luar sana yang seumuran denganku. Sedikit saja ramah, mereka bilang suka. Sedikit tersenyum, mereka bilang cinta. Semudah itukah? Memuakkan. Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiran mereka. Mungkin aku tidak ingin mengerti. Sekarang ini aku benar-benar tidak ingin mengerti bagaimana jalan pikiran anak laki-laki. Yah, mungkin dulu memang penasaran. But now? Not anymore. Who cares about their feeling? They were not care mine. So, should i care them? I don't think so.

Pernahkah ada seorang -bahkan banyak- laki-laki mengatakan cinta padamu hanya karena kau tersenyum padanya? Pernahkah seseorang itu memaksamu untuk mencintainya? Bahkan dengan menggunakan kata-kata yang benar-benar menyakitkan? Kalimat yang bisa membuatmu depresi? Membuatmu ingin bunuh diri dan lenyap seketika dari dunia ini? Menghapus segala eksistensi yang pernah kau sumbangkan pada dunia. Aku pernah. Sering, mungkin. Sering mencoba menganggap keberadaanku adalah sesuatu yang fana. Dan akhirnya aku benar-benar menjadi masyarakat tetap di dunia virtual. Dunia khayalan. Dunia yang kuciptakan sendiri. Dan tersesat di sana.

Hidup memang terlalu kejam. Menjadi hidup terkadang sangat menyakitkan. Apa kau menyadari hal itu? Dicintai banyak orang memang menyenangkan. Dikagumi banyak lelaki mungkin membanggakan. Memang. Hal itu pernah kurasakan. Pernah kusombongkan. Dan sekarang sangat amat kusesali. Aku sangat menyesal memiliki perasaan egois seperti itu. Menyesal karena mereka yang memberiku perasaan itu adalah orang-orang yang egois. Tidakkah mereka tahu cinta itu tentang waktu. Cinta adalah proses. Hh, mereka takkan pernah tahu. Tak akan mungkin paham. Haruskah aku hidup untuk mereka? Tidak. Di dunia ini tak ada yang tulus mencintaiku. Tak satupun. Kecuali keluargaku. Ah, aku baru ingat aku memiliki keluarga. Keluarga selalu yang mencintaiku. Tulus. Yang bahkan menghalangiku dengan sangat saat aku ingin bertemu Tuhan. Saat aku ingin mencaci Tuhan. Mereka memelukku. Merengkuhku. Mengembalikan kehidupanku. Menarikku kedunia nyata. Dunia yang selama 3 tahun ini kutinggalkan. Kuabaikan.

Aku baru sadar, hidup bukan tentang diriku sendiri. Hidup tak terkekang karena orang-orang yang tak memahamiku. Aku tak harus hidup untuk mereka yang tak tahu siapa aku. Hidup mungkin akan lebih berarti jika aku bisa hidup demi keluargakku. Untuk mereka yang telah lama mengenalku. Menerima keadaanku yang tak seutuhnya sempurna. Kuharap itu lebih dari cukup. Aku memutuskan untuk mengganti suasana. Suasana hati. Suasana rumah. Suasana kamar. Tak ada yang meminta, memang. Tak ada yang setuju. Bahkan tanpa sepengetahuan ayah, ibu, kakak dan adikku. Mereka tak tahu. Dan tak kuberitahu hal ini. Aku hanya ingin merubah hidupku. Membuat mereka yang mencintai sosok luarku menjauh. Menghilang sejauh-jauhnya. Membuang segala kesialanku selama ini. Mengganti penampilanku. Merubah potongan rambutku menjadi seperti anak laki-laki. Untuk menipu mereka. Dan membuat mereka jauh dariku.

 Selamat tinggal, hidup yang nista.
Semoga kita tak ditakdirkan bertemu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar